Undip Perjuangkan UKT Terjangkau
Semarang - Aksi damai
berlangsung dari ICT Center menuju Bundaran Widya Puraya Undip, Jumat pagi
tepat di Hari Kesaktian Pancasila tahun 2012. Ratusan mahasiswa dari seluruh
elemen gerakan turun mengatasnamakan mahasiswa Undip. Genderang orasi termaktub
jelas dalam pernyataan menolak UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang oleh Undip berlaku
untuk mahasiswa baru 2012. Sistem UKT dihitung dengan membagi seluruh biaya
pembayaran SPP, PRKP, SPI dan SPMP yang tahun-tahun sebelumnya dibayar di awal
masuk namun tahun 2012 akan dibagi dalam 8 semester. Surat edaran Dikti untuk
memberlakukan kebijakan pembayaran jumlah uang kuliah rata hingga 8 semester
ini menuai banyak kritik.
Rektor Undip, Prof. Sudharto
P. Hadi, MES, PhD. mengungkapkan dalam temu langsung dengan massa aksi bahwa
biaya UKT sulit untuk ditolak. Hanya saja bisa diperjuangkan penurunan besaran
UKT, sehingga masyarakat miskin tetap bisa mengecam bangku kuliah. Sedangkan
mahasiswa bersuara bahwa penentuan kebijakan ini tidak memiliki payung hukum
yang kuat. Sejauh ini landasan yang digunakan baru Rancangan Undang-Undang
Perguruan Tinggi Pasal 27 yang masih belum disyahkan hasil amandemennya. Namun
demikian Rektor berterima kasih atas kepedulian mahasiswa terhadap pendidikan
di Undip.
“Tentu saya akan memperjuangkan UKT turun pada pertemuan Rektor se-Indonesia pada Sabtu, 2 Juni di Bandung,” ungkap beliau pada massa.
Ketika ditanya mengenai berapa
penetapan biaya UKT, beliau belum berani angkat bicara. Begitu pula dengan
otonomi fakultas terhadap penentuan besarnya rupiah UKT tersebut.
“Masih belum final. Ditetapkan
bersama-sama. Fakultas mengajukan, kita rapat, kok masih terlalu tinggi, kita turunkan. Tapi yang menyusun mereka,
tapi kalau terlalu tinggi, tidak realistis, tidak terjangkau maka kita meminta
untuk diturunkan,” jelas Rektor pada wartawan.
Hal senada disampaikan oleh PR
III Undip, Drs. Warsito, SU. “Tujuan kebijakan UKT ini agar biaya pendidikan
lebih ringan dalam perhitungan yang berbeda. Ini dikarenakan komponen tiap
prodi berbeda pula. Kami berusaha tetap transparan dan terus meningkatkan
pelayanan,” tambah beliau.
Mahasiswa nampak belum puas
dengan pernyataan ini. Presiden BEM KM Undip, Reza Auliarahman mengungkapkan
bahwa mahasiswa harus selalu siap untuk terus mengawal terkait kenyataan Rektor
yang tidak bisa menyatakan ketegasan untuk menolak. Menanggapi hal ini, jika
penurunan biaya UKT dari hasil rapat di Bandung masih sangat membebani dan
tidak adil bagi rakyat miskin, maka aksi ke Dikti akan dilakoni.
Aksi diakhiri dengan
penandatanganan MoU antara mahasiswa dan Rektor Undip yang berisi:
1. Undip merumuskan biaya UKT
yang terjangkau
2.
Meningkatkan
mutu infrastruktur dan fasilitas kampus
3.
Adanya
pengawasan dan transparansi terhadap alokasi dana kemahasiswaan
4. Jaminan kepada seluruh
mahasiswa Undip yang tidak mampu
Aksi sempat berakhir ricuh karena
provokasi, namun tidak sampai menimbulkan perlawanan berarti. (Yuniva)
Post a Comment