#2 Hari Raya Nyepi disambut dengan Bali Art Festival
Photo : Rino |
Akhirnya tepat pukul 16.05 WIB rombongan karnaval seni budaya dan ogoh-ogoh yang ditunggu-tunggu masyarakat mulai berdatangan di lapangan Simpang Lima. Terlihat yang pertama kali tiba adalah rombongan umbul-umbul kemudian disusul oleh rombongan lintas agama yang terdiri dari berbagai macam ciri khas seperti Rebana Pesatren (Islam), Gunungan umat hindu, Yayasan Khong Kauw Hwee dan yang lainnya. Tidak lama kemudian rombongan lintas budaya juga terlihat sudah sampai di Simpang Lima. Rombongan yang terdiri dari berbagai seni budaya Indonesia seperti Kuda Kepang, komunitas Adat Dayak, Liong komunitas Cina, serta barisan bala prajurit Kerajaan Surakarta Hadinigrat ini menunjukkan bahwa festival ini diadakan sebagai wujud pluralisme warga kota Semarang. Ini bertujuan untuk menjalin rasa kebersamaan dalam keberagaman antar umat beragama di Kota Semarang. “Rombongan Lintas Budaya ini adalah contoh keberanekaragaman budaya negeri kita serta pratik nyata dari Bhinneka Tunggal Ika” terang Ketua Panitia Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, AKBP I Nengah Wirta Dharmayana, S.H., M.H. (10/03).
Dan rombongan yang paling ditunggu pun tiba, yaitu rombongan arak-arakan Ogoh-Ogoh. Yang pertama kali datang adalah Ogoh-Ogoh Buto Ijo, Ogoh-Ogoh yang melambangkan energi negatif ini terlihat datang dengan agak semrawut sehingga membuat para penonton agak menjauh karena gerakan Ogoh-Ogoh yang tidak beraturan. Para panitia pencalang pun terlihat sibuk mengatur kerumunan penonton guna memberi ruang kepada ogoh-ogoh yang akan datang. Gerakan ogoh-ogoh yang semrawut itu menandakan nilai-nilai moral yang kurang baik pada manusia.
Ogoh-ogoh yang datang selanjutnya adalah Hariya Kasipu. Ogoh-ogoh yang melambangkan hasrat dan nilai-nilai kejahatan pada manusia ini datang dengan tangan sebelah kanan yang terputus ketika perjalanan menuju Simpang Lima akibat berperang dengan Narasinga, ogoh-ogoh yang merupakan penjelmaan Bathara Wisnu yang datang ke bumi untuk membasmi angkara murka dan kejahatan yang disebarkan oleh Hariya Kasipu.
Acara ini sukses menghadirkan antusiame, baik dari para peserta karnaval budaya maupun dari penonton yang hadir. Salah seorang peserta karnaval, Surya mengatakan (10/03), “Acara ini menarik sekali, selain tujuannya untuk menggelorakan Visit Jateng Year 2013 juga dapat memberikan hiburan bagi para warga kota Semarang.” Namun acara ini juga tak lepas dari kekurangan, kritik keluar dari salah seorang penonton yang hadir. “Acaranya menarik, namun sosialisasi dari panitia tentang waktu dan tempat acara kurang bagus, sehingga masyarakat semuanya belum tahu jika ada acara seperti ini.” pungkas Alfian(10/03).
Setelah semua rombongan Pentas seni dan karnaval tiba di lapangan Simpang Lima, upacara penutupan pun segera dimulai dengan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Semarang, Nurjanah. “Penyelenggaraan event ini merupakan upaya mendukung program “ Ayo, Wisata Ke Semarang !” serta menyukseskan Visit Jateng Year 2013. Diharapkan nantinya jumlah wisatawan baik lokal maupun asing bertambah dibandingkan tahun lalu,” terangnya(10/03). Setelah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Semarang selesai memberikan pidato, dilanjutkan dengan sajian Tari Pendet khas Bali dari sanggar tari Saraswasti. Acara ini kemudian ditutup dengan pergelaran pentas seni sanggar seni Puspogiri dengan mengambil cerita Ramayana, cerita legendaris tentang Dewi Shinta, Sri Rahma, dan Rahwana. Akhirnya tepat pukul 17.00 WIB acara Pentas seni dan karnaval benar-benar berakhir. (@anugrahbalwa)
Photo : Rino |
Photo : Rino |
Post a Comment