BPJS Beri Peluang Besar SKM
“BPJS 2014, kami siap berkontribusi.” Begitulah jargon untuk mengawali seminar nasional Administrasi Kebijakan Kesehatan FKM Undip tahun 2013 yang bertemakan “Peran SKM di Era BPJS”.
Minggu (23/6) lalu, mahasiswa peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM Undip mengadakan acara Seminar BPJS 2014. Acara tersebut dihadiri oleh mahasiswa FKM Universitas Diponegoro, instansi lain, dan juga dari kalangan umum. Pembicaranya merupakan orang-orang yang berkompeten dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), antara lain : Prof. dr. Ali Gufron Mukti, MSc, PhD. (Wakil Menteri Kesehatan RI), Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM (lulusan FKM UI), dr. Veronica MS, M.Kes, AAK (perwakilan dari PT. ASKES) dan Riyan Aprilatama (perwakilan mahasiswa peminatan AKK FKM Undip). Keempatnya menjelaskan mengenai persiapan BPJS dan peran SKM menjelang diberlakukan BPJS pada Januari 2014 mendatang.
Pertama, materi disampaikan oleh Bapak Ali Gufron yang menekankan bahwa BPJS harus dimplementasikan pada 1 Januari 2014 dengan dasar UU No. 40 Tahun 2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU No. 24 Tahun 2011 mengenai BPJS. Kemudian dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) terdapat penambahan dalam subsistem informasi dan penelitian, serta terdapat Reformasi Pembiayaan dimana bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan SJSN dalam hal ini mengaitkan antara tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu Peserta Jamkes, BPJS, dan Fasilitas di mana ketiganya dilakukan regulasi atau pengaturan. Berdasarkan studi Kesehatan Masyarakat di Australia, sebagai pembanding SKM di Indonesia, penekanannya lebih pada pelayanan kesehatan pada tingkat pertama seperti puskesmas, posyandu, dan lainnya. Maka, peran SKM yang dibutuhkan adalah sebagai promote dan health prevention. Oleh sebab itu, kita sebagai SKM harus mampu menjelaskan dan menerapkan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati.
Berkaitan dengan kemiskinan, sebenarnya saat ini terdapat keringanan dalam membayar pelayanan kesehatan. Namun, kesalahan yang terjadi di masyarakat setelah ada keringanan seperti itu yaitu masyarakat miskin menggunakan pendapatannya bukan untuk kebutuhan. Akan tetapi 40% dari pendapatan untuk membeli rokok, wajar jika pemberi layanan kesehatan tidak memberlakukan keringanan tersebut. Berkaitan dengan naiknya tarif BBM maka terdapat kenaikan inflasi dan biaya yang lain dalam BPJS, seperti : kenaikan biaya inasi, sehingga SKM perlu mengidentifikasi Kartu Perlindungan Sosial. Namun, untuk gaji semua tenaga kerja kesehatan tidak perlu khawatir karena juga ada penambahan hampir dua kali lipatnya.
Selanjutnya, materi kedua dijelaskan oleh ibu Veronica. Kali ini beliau menyampaikan materi dengan judul Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional dan BPJS Kesehatan. Dalam hal ini peran SKM ialah, jika ia bukan sebagai pegawai maka menjadi bagian dari regulator, fasilitas kesehatan, pengawas dan menjalankan tugas serta fungsi sesuai bidang penugasan. Sedangkan jika sebagai pegawai, harus melalui recruitment pegawai, memiliki standar kompetensi start level pelaksana hingga General Manager. Dapat pula menduduki jabatan struktural (Kabag, Kabid, Kacab, Kadiv, dll) atau fungsional (analis, auditor, koordinator askes center, dll). Namun, untuk meraih itu semua harus memiliki standar kompetensi sebagai pegawai yang baik.
Materi ketiga yang tidak kalah menarik disampaikan oleh Bapak Ede Surya yang mengkaji tentang Peran SKM dalam SJSN. Arah pengembangan tenaga kesehatan sejalan dengan arah pengembangan upaya kesehatan, dari tenaga kuratif bergerak ke arah tenaga preventif, promotif sesuai kebutuhan. Jadi, SKM yang dibutuhkan dari awal berjalannya BPJS tahun 2014 hingga 2025 diperkirakan yaitu sekitar 29.000 hingga 76.000 lebih. Sehingga besar peluang peran SKM dalam menunjang kelancaran BPJS 2014 mendatang. Namun, harus ditunjang dengan banyak persiapan yang matang, standar kompetensi yang memenuhi, dan tingkat intelegensi serta softskill yang telah dikembangkan untuk mewujudkan peran SKM yang baik pada era BPJS.
Pembicara terakhir ialah Riyan, mahasiswa FKM Undip yang juga telah masuk dalam peminatan AKK. Dengan ciri khas yang kocak, beliau menjelaskan peran SKM menurut pandangan mahasiswa berdasarkan literature yang ada dan tak henti-hentinya beliau mengajak serta menyemangati mahasiswa FKM lain agar tidak merasa minder atau bingung kemana arahan mereka setelah menjadi SKM. Sebab, BPJS menyediakan banyak peluang kepada semua tenaga kerja kesehatan. (Ardyan)
Post a Comment