Inovasi Baru dalam Pemira 2013
Photo: Amel |
Menjelang siang hari pada Kamis (12/9) lalu, gazebo FKM Undip dipadati oleh mahasiswa baru FKM Undip 2013. Mereka antre menunggu giliran untuk mencoba sistem e-vote guna memilih Ketua BEM dan Senat FKM Undip periode 2014. Acara yang berjudul “Simulasi E-vote Tunggal FKM Undip 2013” ini diadakan oleh PSDM BEM FKM Undip.
“PSDM BEM FKM memang telah mencanangkan untuk menggunakan e-vote,” terang Dimas, penanggung jawab acara.
Simulasi e-vote tersebut hanya diperuntukkan bagi mahasiswa baru 2013. Namun tidak berhenti hari ini saja, simulasi e-vote juga akan dilaksanakan pada bulan Oktober dengan peserta angkatan 2012 dan 2011. Simulasi kedua berjarak cukup lama dimaksudkan untuk fiksasi kesiapan software. Ketika ditanya
mengenai tingkat kesiapan software, Dimas mengatakan, “Software yang dirancang oleh Mas Yuli apabila dilihat dari kondisinya sudah bisa 100% digunakan. Namun memang ada beberapa hal yang harus disempurnakan, seperti foto calon dan tulisannya”.
mengenai tingkat kesiapan software, Dimas mengatakan, “Software yang dirancang oleh Mas Yuli apabila dilihat dari kondisinya sudah bisa 100% digunakan. Namun memang ada beberapa hal yang harus disempurnakan, seperti foto calon dan tulisannya”.
Inovasi ini terbilang cukup berani karena dari Universitas sendiri belum menggunakan e-vote dalam pememilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM KM Undip. “Kita mencontoh dari Teknik Sipil yang telah menggunakan e-vote untuk HMJ-nya,” terang Dimas. Apabila pada bulan Desember 2013 nanti e-vote berhasil diterapkan, maka FKM merupakan fakultas yang pertama kali menggunakan e-vote dalam sistem pemilihannya.
Nilai plus dari e-vote yakni lebih efektif karena menyingkat waktu, menghemat kertas, biaya, tenaga, dan beberapa kemudahan lain. Sedangkan kelemahannya, e-vote sangat bergantung pada listrik dan jaringan yang tersedia. Rencananya, akan disediakan 4 laptop untuk memilih dan 1 laptop sebagai admin.
“Sejauh ini belum dilakukan koordinasi dengan BEM KM, namun mendekati hari H akan dilakukan koordinasi. Apabila BEM KM membutuhkan suara dari FKM maka kami menyediakan sarana e-vote,” jelas Dimas.
Harapannya e-vote dapat meningkatkan pembelajaran nilai demokrasi di kampus, serta mengurangi angka golput. Salma, mahasiswi FKM 2013 yang telah mengikuti simulasi e-vote, menuturkan sistem ini tidak membingungkan. “Enggak membingungkan, soalnya caranya emang simple aja. Acaranya bagus, cuma waktunya aja mungkin bisa dilaksanakan saat libur,” terangnya.
Kenyataannya, tidak seluruh mahasiswa baru bersedia mengikuti simulasi e-vote. Reporter Publica Health menemukan beberapa mahasiswi yang enggan mengikuti simulasi tersebut. “Nggak begitu penting sih, Kak. Kan baru simulasi. Yang penting nanti pas hari H pemilihannya kita ikut,” tutur salah satu mahasiswi 2013. (Ryani Dwi R.)
Post a Comment