Tendang 4P with Pukis “Bangga”
Pusing, pucat, pelelah, pengantuk?
Masih bersahabat dengan 4P?
Let’s say “No!!”. Tinggalkan mereka, ganti dengan inovasi pukis bangga.
Secara harfiah, “bangga” memiliki makna senang dan kagum. Akan tetapi, empat mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro mampu menyangkalnya. “Bangga” dalam pembahasan ini merupakan akronim dari bayam-mangga. Unik bukan? Inovasi terjitu dari mereka dengan mengolaborasikan makanan tradisional dan sayuran (yang rata-rata kurang diminati anak-anak dan masyarakat umum). Cukup dengan melakukan beberapa step inovatif, pukis siap disantap.
Tujuan utama “chef muda FKM” yakni menawarkan kekayaan sari sayuran melalui makanan tradisional yang populer di masyarakat. Survei observasi mengatakan 10 dari 11 anak-anak di
Desa Langenharjo, Pati, menyukai pukis yang berisi paduan nikmat bayam dan mangga. Kebutuhan ferum (Fe) dalam tubuh dapat terpenuhi dengan mengonsumsi 2-3 pukis sehari. Sehingga, anemia yang memiliki “anak buah” 4P, dapat dicegah dan diobati.
Desa Langenharjo, Pati, menyukai pukis yang berisi paduan nikmat bayam dan mangga. Kebutuhan ferum (Fe) dalam tubuh dapat terpenuhi dengan mengonsumsi 2-3 pukis sehari. Sehingga, anemia yang memiliki “anak buah” 4P, dapat dicegah dan diobati.
Amatlah ironis bagi penulis bila “smart idea” ini hanya ditampilkan sekadar di jurnal saja. Ekspektasi ke depan tentunya chef muda FKM tetap melaksanakan produksi pukis bangga sebagai realisasi enterpreneurship yang berorientasi kesehatan. Apalagi, setiap pukis mengandung Fe = 3,3 gram dari bayam dan 25 gram vitamin C yang bersumber dari mangga. Sayuran yang tadinya ditolak mentah-mentah oleh kalangan antisayur, kini tanpa disadari mereka mengonsumsinya.
Bila hanya dengan 2-3 pukis mampu mengobati keroncongan perut dan prevensi anemia, mengapa tidak kita mengonsumsinya?(Nisa Novaeni, Peserta Terbaik Pelatihan Artikel Ilmiah Populer 2013)
Post a Comment