Menjadi Menteri, Rektor Terpilih Undip Selenggarakan Tasyakuran
Photo : Fikri Fahmi |
SEMARANG (2/11). Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. Drs. H. Muhammad Nasir menyelenggarakan tasyakuran atas terpilihnya ia sebagai menteri dalam kabinet Jokowi-JK yang bertempat di kediamannya di Semarang. Dalam acara tersebut dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk masyarakat sekitar kediamannya, dosen Undip, mahasiswa, dan tokoh agama setempat.
Acara tasyakuran tersebut dimeriahkan oleh tim sholawat dari salah satu pondok pesantren di Semarang. Adanya tim sholawat tersebut menjadikan acara berjalan dengan penuh nuansa islami. Tidak hanya itu, acara seperti Tahlilan dan pembacaan ayat suci Al Qur’an menambah ke-khusyu'-an acara tasyakuran tersebut. Acara juga diisi dengan ceramah yang disampaikan oleh salah seorang tokoh agama di masyarakat sekitar kediaman Prof. Nasir.
Acara tasyakuran tersebut dimeriahkan oleh tim sholawat dari salah satu pondok pesantren di Semarang. Adanya tim sholawat tersebut menjadikan acara berjalan dengan penuh nuansa islami. Tidak hanya itu, acara seperti Tahlilan dan pembacaan ayat suci Al Qur’an menambah ke-khusyu'-an acara tasyakuran tersebut. Acara juga diisi dengan ceramah yang disampaikan oleh salah seorang tokoh agama di masyarakat sekitar kediaman Prof. Nasir.
“Pejabat seperti kami bertugas untuk melayani panjenengan. Bukan untuk dilayani. Jadi doakan kami agar dapat memuaskan rakyat Indonesia," ungkap Prof. Nasir dalam sambutannya (02/11). Pada kesempatan itu Prof. Nasir juga menceritakan bahwa tidak ada pikiran sama sekali untuk mendapatkan jabatan sebagai menteri. Satu-satunya yang ada di pikirannya adalah bagaimana menjadi seorang Rektor untuk kemajuan Universitas Diponegoro.
Beliau memang telah menjadi Rektor Terpilih Undip 2015-2019. Namun sebelum dilantik menjadi Rektor Undip, beliau dipilih untuk menjadi pengemban amanah sebagai Menteri Ristek dan Dikti. Semoga Prof. Nasir dapat menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan riset teknologi dan pendidikan tinggi Indonesia.
(Fikri Fahmi Amarullah)
Post a Comment