Konsumsi Cukup Antioksidan, Minimalisir Efek Buruk Radikal Bebas
Photo : Google |
Seperti kata pepatah Prancis “Penyakit datang seperti kelinci, tetapi pergi seperti kura-kura.”,
maksudnya penyakit datang menghampiri host
secara cepat dan pergi meninggalkan host
(kesembuhan) dalam waktu yang lama. Sehingga menjaga kesehatan lebih penting
dari pada harus mengobati. Info kesehatan kali ini membahas tentang dampak negatif yang
ditimbulkan oleh Si Radikal Bebas. Apa
sih radikal bebas itu sendiri? Dan bagaimanakah radikal bebas itu dapat membawa
dampak pada kesehatan kita?
“Radikal bebas itu kayak zat berbahaya yang bisa
menimbulkan gangguan kesehatan jika masuk kedalam tubuh kayak debu, asap
kendaraan, dll”, jawab Apla Dika mahasiswi FKM Undip (8/4).
Radikal bebas merupakan istilah yang digunakan dalam
bidang gizi, pangan, dan kesehatan untuk menyatakan unsur yang bersifat merusak
partikel tubuh. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom
atau molekul, radikal bebas akan berinteraksi dengan molekul disekitarnya untuk
memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan apabila tidak
dihentikan akan menimbulkan penyakit. Radikal bebas yang mengambil elektron
dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan perubahan struktur DNA yang terjadi
bertahun-tahun, sehingga munculah penyakit kanker.
Sumber – sumber radikal
bebas itu berasal dari bahan tambahan makanan dan minuman seperti pewarna,
pemanis, perasa, dan pengental. Radikal
bebas juga datang dari segala makanan yang dibakar dalam proses pengolahannya.
Radikal bebas dapat dihasilkan pula dari hasil metabolisme tubuh dan faktor
eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultraviolet, dan polutan lain. “Penggunaan minyak goreng
yang dipakai secara berulang – ulang pun bisa menimbulkan radikal bebas. Minyak
goreng tersebut menghasilkan zat baru akrolein yang merusak sel-sel pernafasan. Minimal menimbulkan batuk atau serak.”, jelas
bu Laksmi Widajanti selaku dosen bagian Ilmu Gizi di FKM Undip (5/4).
Terakumulasi radikal bebas dalam tubuh akan menimbulkan penyakit kanker,
katarak, penuaan dini, dan lain – lain. “Penyakit yang disebabkan oleh radikal
bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar penyakit
tersebut menjadi nyata. Untuk meminimalis dampak radikal bebas itu diperlukan
yang namanya antioksidan. Jumlah antioksidan harus cukup setiap
hari agar dapat mengimbangi radikal bebas.”, terang bu Laksmi Widajanti (5/4).
Antioksidan itu sendiri sudah murni ada di
dalam tubuh kita, namun hanya mampu melawan radikal bebas dalam jumlah yang
terbatas. Ketika radikal yang masuk
melebihi batas normal, tubuh memerlukan tambahan asupan antioksidan yang
berasal dari luar tubuh. “Kalau antioksidan dari vitamin atau mineral sintetis
makanan menurut Darwin Karyadi dan Muhilal (1990) maksimal direkomendasikan
sepuluh kali lipat dari angka kecukupan yang dianjurkan. Lebih dari itu merusak
organ hati dan ginjal melalui mekanisme hipervitaminosis
yang seringkali bisa pulih bila suplementasi dihentikan. Namun bila tidak merusak kedua organ yang
berfungsi sebagai organ penetralisir racun dan pengeluaran hasil metabolisme
tubuh tersebut.”, jelas Bu Laksmi ketika ditanya apakah konsumsi antioksidan
yang berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh (6/4).
Tubuh manusia dapat menghasilkan
Glutathione, salah satu antioksidan
yang sangat kuat namun tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 1.000 mg dari
luar tubuh. Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci
utama pencegahan stres oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang
dihasilkannya. Konsumsi sayuran dan buah sebagai antioksidan dari luar tubuh
adalah cara yang tepat untuk meminalisir dampak negatif radikal bebas. Sumber
antioksidan seperti vitamin A, C, E, dan mineral selenium yang terdapat di
berbagai makanan.
“Menghindari radikal bebas itu susah,apa lagi udah jadi
anak kosan kadang makan apa adanya, mungkin sekitar 70 - 80% tubuh bisa aman
dari radikal bebas.”, Ungkap Devi Sarah
Silaban mahasiswi FKM (8/4).
“Karena radikal bebas itu sulit untuk dilihat secara
langsung ya, jadi hanya 20 % kemungkinan tubuh tidak terkena radikal bebas.
Untuk cara menghindarinya, mungkin harus pake baju kayak astronot gitu ya”,
jawab Siti Rahayu seraya tertawa (8/4).
“Konsumsi makanan, minuman sumber radikal
bebas yang kebanyakan adalah dari hasil fabrikasi atau kalengan atau kemasan
yang banyak menggunakan bahan tambahan makanan harus dihindarkan terutama bila
tidak halal. Apabila harus mengkonsumsi
pastikan kehalalan-nya dan konsumsi dalam jumlah yang terbatas, misalkan dua
kali dalam satu minggu. Untuk makanan
bakaran atau fast food bisa satu bulan sekali. Perbanyak konsumsi sayur dan
buah alami disertai konsumsi air, energi, protein, lemak, karbohidrat yang
cukup.”, pesan Bu Laksmi (6/4).
Antioksidan itu bisa dari sayur – sayuran seperti wortel,
brokoli, daun bawang, buah - buahan, dan minum air mineral secukupnya. Semua
yang dikonsumsi harus dalam taraf yang seimbang.Jadi, bukankah mencegah lebih
baik dari pada mengobati? Maka, cegahlah dulu datangnya penyakit dari diri
kita. Pola hidup sehat sedari muda agar tua bahagia. (Selestin)
Diambil
dari Buletin Publica Health
Post a Comment