"Mahasiswa Tak Bebas", FKM Batasi Jumlah Kegiatan Kemahasiswaan
Banyaknya kegiatan kemahasiswaan yang
diselenggarakan oleh masing – masing lembaga membuat resah pihak dekanat. Sehingga perlu
adanya lembaga
yang mengorganisir penyeleksian
program kerja atau kegiatan dari setiap lembaga, apakah boleh dilaksanakan atau tidak. Adanya kepentingan dari masing – masing lembaga untuk meningkatkan eksistensi masing – masing lembaga
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap branding
FKM. Pihak Dekanat berkeinginan agar setiap lembaga selalu focus pada brand
FKM dalam setiap program kerja yang mereka susun, yaitu terkait dengan masalah kesehatan. Namun, dalam pelaksanaannya setiap lembaga memiliki fungsi dan kegunannya yang berbeda. Menurut Bu Hanifa
selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat berdasarkan hasil
rapat koordinasi lembaga kemahasiswaan menuturkan banyaknya kegiatan juga membuat mahasiswa lupa akan perannya sebagai akademisi dan tantangan terhadap MEA. Dibutuhkan penyatuan program kerja yang
sama sasaran dan tujuannya dari masing – masing lembaga sehingga dapat mengurangi jumlah kegiatan kemahasiswaan yang ada di
lingkungan FKM.
Adanya inisiasi dari PD III, yaitu terkait pengaturan kegiatan ataupun program kerja di
setiap lembaga kemahasiswaan yang ada di
FKM oleh BEM ataupun senat dikarenakan kegiatan kemahasiswaan yang kurang terintegrasi. Akan tetapi,
Ilham Maulana selaku Ketua BEM FKM Undip tahun 2015 mengaku bahwa “Apabila BEM diperintahkan untuk mengorganisir seluruh kegiatan kemahasiswaan yang ada di
FKM Undip tidak sesuai ranahnya dan ranah yang lebih sesuai terkait masalah ini adalah senat” (2/12) . Sedangkan, dari pihak senat sendiri yang diwakili oleh Hendro Nurcahyo selaku Ketua Senat Mahasiswa FKM tahun 2015 mengatakan bahwasannya, “Memang bu Dekan menyebutkan bahwasannya BEM dan senat diperbolehkan untuk menyeleksi kegiatan atau proker dari masing – masing lembaga. Akan tetapi, masih belum dijelaskan terkait mekanismenya seperti apa.”(8/12)
Terkait kebermanfaatan dari sebuah kegiatan atau pun program kerja yang
dilakukan oleh masing – masing lembaga, banyak diantaranya yang cakupannya bersifat internal dan dampak yang dihasilkan juga tidak terlalu banyak. Sedangkan, permintaan dari pihak dekanat yang menginginkan bahwasannya sasaran harus meluas tidak hanya untuk masyarakat FKM saja. Selayaknya gerakan Aku Cinta FKM, yakni bagaimana masyarakat FKM mampu melakukan budaya hidup sehat dengan hidup bersih, rapih, dan sehat. Adanya acara besar seperti seminar yang
diadakan oleh salah satu lembaga FKM yang
membutuhkan dana besar membuat mahasiswa FKM lebih berfokus dalam pencarian dana sponsor
yang akhirnya kegiatan perkuliahannya terganggu. “Mending uangnya dipake buat
les bahasa asing dari pada mengadakan kegiatan besar dan mengundang artis. Karena tantangan sesungguhnya mahasiswa FKM yaitu MEA dan diharapkan semua lembaga kemahasiswaan dapat focus pada bidang kesehatan dan go internasional.” Ujar Dekan FKM dalam rapat koordinasi lembaga kemahasiswaan. Menanggapi pernyataan tersebut Hendro Nurcahyo menyebutkan bahwasannya, “Usulan tersebut baik jika kita terapkan di lembaga masing – masing dengan menjadikan kesehatan sebagai identitas diri dan mampu menerapkannya kedalam program kerja yang
ada di masing – masing lembaga.” Akan tetapi,
Hamas Musyaddad selaku Ketua Gamais FKM Undip tahun 2015 menyatakan
“Bolehlah kesehatan kita masukkan ke program kerja kita, akan tetapi gamais selaku lembaga yang bergerak dalam bidang kerohisan tak bisa melulu urusan kesehatan karena setiap lembaga juga memiliki fungsi dan kegunaannya yang berbeda – beda.”
Kegiatan kemahasiswaan yang banyak
di FKM membuat mahasiswa terganggu dengan proses perkuliahannya?. Hal tersebut dibantah oleh Hendro Nurcahyo dengan memberikan pernyatan sebagaimana “Kalau kita berbicara sebagai seorang organisatoris, banyak kok organisatoris disana yang indeks prestasinya baik – baik saja.” Masalah penyeleksian program kerja dari masing – masing lembaga ini dapat menjadi solusi karena adanya kegiatan dari lembaga yang bertabrakan dengan kegiatan dari lembaga lainnya, peminjaman ruangan yang terbatas menurut Hendro.
Namun,
pandangan berbeda dari Kristian Yudhianto (Ketua Komisi 1 Senat FKM Undip) terkait adanya pembatasan program kerja atau kegiatan kemahasiswaan ini dilakukan seolah membatasi ruang gerak para mahasiswa dalam partisipasi aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan nantinya sehingga seperti tertuju untuk menjadikan kampus adalah tempat akademik dan bersikap harus sesuai profesi akademik. Masalah mahasiswa yang terlalu banyak kegiatan sehingga membuat mahasiswa lupa atas kewajiban utamanya untuk belajar ini merupakan masalah pribadi tiap mahasiswa. Hal ini seolah membawa mahasiswa FKM melupakan peran mahasiswa sesungguhnya sebagai agent
of change, iron stock dan social
control.
Harapan dari masing – masing lembaga terhadap pihak dekanat agar diundang untuk membicarakan terkait masalah ini secara lebih dalam lagi. (Aam& Sarah)
Post a Comment