Pihak Rektorat Siap Tampung Aspirasi Mahasiswa
Photo: PH |
Aksi penolakan UKT dan SPI Selasa (05/04) berlangsung
di sore hari dimulai dari fakultas berujung pada Widya Puraya. Dihadiri oleh
perwakilan massa dari seluruh fakultas yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa
Undip, aksi diisi orasi masing-masing fakultas yang menyatakan penolakan atas
kenaikan UKT dan diberlakukannya SPI bagi mahasiswa baru jalur mandiri (UM) 2016.
Ditampilkan pula aksi teatrikal tentang kebijakan UKT dan SPI yang menggambarkan rektor dan nasib mahasiswa kurang mampu.
Sekitar
pukul 17.00 WIB, pihak rektorat menemui massa. Ratna, Kepala Bagian Keuangan Undip
menyatakan bahwa UKT tidak boleh lebih tinggi dari BKT sesuai dengan Peraturan
Menristek No.5 Tahun 2016. “Syarat perhitungan UKT dipengaruhi oleh akreditasi
institusi, akreditasi program studi, dan tingkat kemahalan wilayah. Jadi,
wilayah Semarang tidak sama dengan DIY atau Jakarta. Karena UKT lebih rendah
dari BKT, maka selisih dari UKT dan BKT tersebutlah yang akan digunakan
pemerintah menjadi bantuan operasional PTN-BH.” ungkapnya.
Ratna
juga menyampaikan tentang SPI yang diatur dalam Permenristek Dikti No. 22 Tahun
2015. “Dalam menetapkan besaran SPI, kita memperhitungkan besaran SPI pada
universitas lain yang setara dengan Undip, kita tidak melihat UI ataupun UGM.
SPI dipergunakan untuk pemeliharaan gedung dan bangunan, peralatan dan mesin,
pengadaan alat-alat laboratorium, kegiatan kemahasiswaan dan kegiataan belajar
yang lain. Memang UKT yang digunakan belum mencukupi proses kegiatan belajar
adek-adek sehingga kita masih diberikan APBNP disetiap akhir anggaran.” tambah
Ratna.
Perwakilan
rektorat yang hadir menemui massa mengatakan bahwa mereka bukan pembuat
kebijakan, sehingga hanya bisa menampung aspirasi massa yang akan disampaikan
kepada rector pada Senin (11/04).
Selain Ratna, Pembantu Dekan III Fakultas
Teknik, Asnawi menambahkan bahwa dia akan menampung aspirasi massa yang harus
diklarifikasi dalam tiga poin yakni persoalan UKT, SPI, dan transparansi dana.
“Kita akan follow up aspirasi tersebut
dan sampaikan kepada rektor dan seluruh pimpinan Undip untuk mengagendakan
waktu agar semua bisa dibicarakan secara dialogis. Saya akan mengawal tiga poin
itu. Masalah aspirasi kita bicarakan secara akademis karena ini universitas.
Kita sudah terima semua aspirasi, jadi perlu dipahami bahwa itu harus dijawab.”
tambah Asnawi.
Massa merencanakan mengadakan aksi jilid kedua
dihadapan rektor pada Selasa, (12/04). Setelah selesai mengklarifikasi, massa
memberikan koin sebagai simbolis penolakan atas UKT dan SPI yang diterima oleh pihak
rektorat.
Di
sela-sela aksi, PH juga mewawancarai Azizah, mahasiswi FISIP penerima bidik
misi. Ditanya soal isu kenaikan UKT dan pengadaan SPI di Undip, dia berpendapat
sangat prihatin dan kasihan terhadap adik-adik yang akan masuk ke Undip semester
ganjil nanti. “Dilihat dari universitas lain saya lihat Undip tergolong rendah
UKT-nya kan saya sebelum di Undip membandingkan UKT Undip dengan universitas lain. Sedangkan
di universitas lain fasilitasnya masih kurang.” ujar Azizah. Azizah juga menambahkan jika ditanya soal aksi
terhadap kenaikan UKT Undip dan pengadaan SPI, dia belum terlalu paham dan siap
karena kurang mengetahui isu tersebut dan tidak mengikuti kajian-kajian
mengenai UKT.
”Saya
kurang setuju apalagi demonya kayak ngejelek-jelekin harusnya mencari solusi
bagaimana baiknya kalo bisa sih damai dulu sebelum melakukan aksi ini.” Tuturna
menanggapi aksi yang dilakukan Aliansi Mahasiswa Undip.
Adanya
aksi jilid kedua yang akan direncakan pada Selasa nanti, massa berharap semua
aspirasi pada aksi hari ini bisa disampaikan sepenuhnya kepada rektor. (Heni
Purnamasari, Rafika Salma)
Min, itu yg ngadain teatrikalnya rektor?
ReplyDeleteBukan, kak. Sudah diralat kalimatnya agar tidak terjadi kesalahpahaman ya :)
Delete