Anak Gemuk (Pasti) Sehat
“Anak-anak
kalau gemuk itu lucu”
“Lucunya, anak kamu bisa gemuk kayak gitu”
Persepsi
tentang anak-anak gemuk itu sehat sudah meliputi ibu-ibu di Indonesia, mereka
menganggap semakin gemuk balita mereka semakin sehat pula balita itu. Pendapat
ini tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Apalagi dengan banyaknya
iklan susu atau bubur bayi yang menampilkan bayi-bayi yang gemuk. Namun, masih
hangat di ingatan kita ada dua anak Indonesia yang mengalami kegemukan yang
berlebihan yaitu Arya Permana yang beratnya mencapai 190 kg di usia 14 tahun.
Kegemukan menyebabkan Arya Permana tidak bisa beraktifitas seperti anak pada
umumnya, mau generasi Indonesia terhambat mimpinya karena kegemukan?
Bagaimana cara menilai anak balita mengalami obesitas atau tidak bisa
kita pantau dari berat badan anak setiap bulan dibandingkan dengan umur anak dengan melihat indikator
standar deviasi dari WHO. Jika anak anda termasuk dalam kategori gizi lebih
atau yang familiar disebut sebagai obesitas, perlu anda waspadai. Karena
dibalik itu terdapat banyak faktor risiko yang menyertai antaralain, menurut
penelitian Suciaty dari IPB (Institut Pertanian Bogor), Faktor risiko obesitas pada anak adalah; Indeks Masa Tubuh
ayah, lama menonton TV, kurangnya waktu bermain di luar rumah, konsumsi energi dan konsumsi lemak. Sedangkan menurut
WHO (World health Organization) anak-anak yang mengalami kegemukan akan tetap
gemuk pada saat dewasa dan lebih meningkatkan risiko berkembangnya penyakit
tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskuler pada usia yang cenderung
lebih muda.
Obesitas pada anak-anak merupakan salah satu masalah serius pada abad ke
21. Masalah ini terus menerus terjadi pada banyak negara miskin dan negara
berkembang terutama pada negara maju. Prevalensi ini meningkat pada tahap yang
mengkhawatirkan. Secara global, pada tahun 2013 jumlah anak dibawah lima tahun
yang mengalami obesitas diperkirakan sebanyak 42 juta, kurang lebih 31 juta
berada pada negara berkembang.
Penyebab
Obesitas pada kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak adalah
ketidakseimbangan antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan.
Menurut WHO, meningkatnya prevalensi obesitas pada anak-anak karena adanya
perubahan lingkungan sosial. Obesitas pada anak-anak terutama berhubungan
dengan makanan yang tidak sehat dan rendahnya aktivitas fisik, tapi masalahnya
bukan hanya karena kebiasaaan dari anak namun, juga perkembangan sosial dan
ekonomi serta kebijakan pada wilayah pertanian, transportasi, perencanaan
perkotaan, lingkungan, proses pengolahan makanan, distribusi dan pemasaran, dan
pendidikan.
Bagaimana cara mengatasi obesitas pada anak?
Ada beberapa cara untuk
mengatasi obesitas pada anak, pertama, Memperbanyak
konsumsi buah, sayur, gandum, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Seringkali orangtua baru
menyadari anaknya tidak menyukai sayur pada saat anak sudah melewati masa
balitanya, padahal seharusnya anak dibiasakan makan sayur, buah dan
kacang-kacangan sejak anak memasuki usia satu tahun. Ketika anak sudah
mengenali makanan tersebut sejak kecil, anak tidak akan menolak ketika kita
hidangkan buah sayur dan kacang-kacangan.
Kedua, Membatasi asupan energi yang bersumber dari lemak jenuh, lemak jenuh
ini bisa bersumber dari makanan olahan yang dihidangkan kepada anak misalnya
gorengan yang menggunakan minyak yang sudah digunakan berkali-kali atau
berlebihan makan makanan yang cara mengolahnya dengan digoreng menggunakan
minyak kelapa sawit.
Ketiga, Membatasi asupan gula, anak cenderung menyukai
makanan yang manis-manis seperti permen, coklat atau minuman rasa, makanan
tersebut harus dibatasi konsumsinya karena selain akan menimbulkan obesitas
pada anak, juga akan merusak gigi anak.
Keempat,
memberikan ruang gerak anak untuk beraktifitas fisik lebih. Di era yang
serba digital ini, kebanyakan orangtua lebih suka membiarkan anaknya bermain gadget seharian tanpa beraktifitas
apapun daripada membiarkan anaknya bermain dengan teman sebayanya. Hal ini,
akan menyebabkan anak kurang aktifitas fisiknya dan perkembangan motorik serta
sosialnya tidak bisa berkembang dengan baik.
Jangan biarkan semua ibu memiliki persepsi yang
sama kalau anak yang sehat itu gemuk, mari kita bangun bersama persepsi baru
bahwa ibu harus waspada ketika anaknya terlalu gemuk atau dalam kata lain
mengalami obesitas. Lewat keempat cara diatas, kita bisa mencegah obesitas pada
anak, sehingga penyakit-penyakit yang mengahantui ketika anak mengalami
obesitas tidak akan berlanjut menghantuinya di masa depan. Generasi Indonesia
berawal dari sebuah keluarga, lewat keluarga para pemimpin-pemimpin itu lahir,
lewat keluarga pula para penerus bangsa ini akan siap memimpin bangsanya. (Diana
F)
Sumber :
2. Anggraini,Suciaty, Faktor Risiko Obesitas pada Anak Taman Kanak-kanak di Kota Bogor,
Program Studi Gizi masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB:
2008
Post a Comment