Cerpen; Ayah, Kini Kau Kembali (Lagi)
Kebahagiaanku datang dikala senja menyapa, ia membuatku lebih dekat dengan Tuhan dan mulai menuntunku bercerita tentang dirimu.
Pagi ini mentari menyapa dengan
malu. Senyumnya yang tertutup oleh kabut membuat rasa malas menghinggap ditubuh
mungilku. Bak diberi lem, kelopak mata ini sangat berat untuk dibuka. Alarm
yang sedari tadi membangunkanku pun tak ku hiraukan. Aku terdiam mengingat
mimpi semalam. Sudah seminggu ini seorang pria misterius menghampiri mimpiku.
Tinggi, putih, senyum manis yang samar-samar itu selalu mengganggu kegiatanku.
Setiap langkah kini hanya bayang-bayangnya yang hadir. Aku tak
mengerti,siapakah dia? siapakah pria misterius tersebut?
60 menit berlalu, dan aku pun
memulai pagi ku disekolah dengan bersemangat meski wajah dan senyuman pria itu
tak mau pergi.
“Haii Stevi? kusut banget tuh
muka? Kenapa?“ tanya Reva, sahabat ku dari kecil.
“Eh iya nih Rev, lagi dan lagi
pria misterius itu dateng ke mimpi gue. Siapa sih dia sebenernya?“
“Wah wah.. ini ngga bisa
dibiarin loh Vi, kalo lo terus-terusan kek gini bisa jadi nanti lo gila. Saran
gue sih, lo dateng ke orang pinter aja, siapa tau dia bisa ngebantu nyelesain
masalah lo.” Ujar Reva dengan semangat. Reva adalah orang yang masih percaya
dengan hal-hal mistis dan berhubungan dengan dukun. Pasti deh semua masalah
dihubungkan dengan dukun.
“Oh iyaa.. gue harus nemuin
Isna sekarang nih. Bye!!” jawabku seraya meninggalkannya.
“Kok ke Isna sih? emang sih si
Isna pinter banget, dia juga juara 2 OSN matematika tingkat nasional, tapi kan
maksud gue orang pinter itu dukun, bukan Isna.” Reva menggaruk kepalanya yang
sebenarnya tidak gatal “Eh Vii.. tungguin gue, kampret lo.”
Reva pun menyadari keisenganku
dan mulai berlari mengejarku. Aku yang berlari bahagia dengan menengok kearah
Reva pun tak sadar jika ada seseorang didepanku, dan brukkk..
“aduh… “ rintihku kesakitan
“Eh sorry, gue nggak liat kalo
ada orang. Sini gue bantuin.” Dia pun mengulurkan tangannya.
“Mm, gue yang minta maaf, tadi
gue lari sambil ngeliat kebelakang..”
Setelah berdiri dan ngeliat
wajah orang yang aku tabrak, speechless,
ternyata aku nabrak Arya, ketua ekskul futsal disekolah. Dengan modal tampang
dan sifatnya yang humble, tak heran
jika banyak cewek yang mengidolakannya.
“Lo Stevi kan? anak IPA 1? Oh iya sorry udah
nabrak, gue buru-buru nih. Bye. See you.” Jawab dia dengan senyum yang perlahan
menghilang.
“Iyaa ..” jawabku dengan senyum
mengembang.
“Ciyeee.. habis nabrak siapa
tuh neng? Bahagia banget ?” tanya Reva dengan nada iseng.
“Apaan sih ? Yuk masuk kelas.”
ajakku pada Reva.
“Yukkk” sahut Reva.
Pelajaran kimia hari ini begitu
menyenangkan, tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Bak semut yang mengerumuni
gula, semua murid menuju kantin untuk
mengganjal perut lapar mereka. Aku tak berniat kesana. Aku hanya ingin dikelas
sambil mengingat mimpi semalam, hingga …
“Hai Vi?”sapa Arya
“Hai. Ehh eumh, ada apa Ar?“
“Nanti sore lo ada acara nggak?
Rencana nya gue mau ngajak lo keluar buat permintaan maaf karna tadi udah
nabrak lo. Gimana? “
“Kayaknya sih ngga ada. Oke deh
nanti gue kabarin.”
“Mau ngabarin lewat apa neng?
Emang punya nomor gue? Haha dasar pesek.”
“Oh iya, haha. Eh gue ngga
pesek”
“Iya-iya, cantik kok. Udah
nanti jam 5 gue ke rumah lo ya. Dandan yang cantik ya Vi, see you. Bye“
Perlahan bayangan Arya
menghilang seiring dengan berlalunya senyuman pria misterius itu. Tapi,
senyuman Arya mirip dengan senyuman pria misterius di mimpi ku. Apa jangan –
jangan, Arya adalah pria itu ? Ahh sudahlah…
------####------
Senja pun datang. Masih seperti biasa, ia
datang dengan keindahan senyumnya. Tepat pukul 5 Arya sudah stand by di depan
rumah. Aku bergegas keluar untuk menemui nya. Kurang lebih 30 menit kami
mnyusuri jalanan. Tujuan Arya adalah taman di atas bukit. Ya, ternyata ia ingin
menatap kepergian senja lewat bukit ini. Matanya tertuju pada senja itu,
senyuman pun mengembang dari bibir manisnya. Aku tertawa kecil.
“Eh apaan Vi? kok ngelihatin
gue kek gitu? ada yang salah?“ tanyanya penasaran.
“Hahaha, enggak kok kapten.
Lucu aja ngeliat muka kapten futsal kayak gitu.”
“Oh. By the way, lo tau nggak
Vi kalo senja itu sangat istimewa. Walaupun Tuhan hanya ngasih ia waktu
sebentar, tapi ia membalasnya dengan keindahan itu“
“Loh tenyata lo juga suka senja
ya ? gue juga suka loh, cinta banget malah”
“Iya, gue juga cinta banget
sama senja. Daridulu kedatangan senja selalu gue nantikan. Gue suka senja karna
ia yang bisa menyatukan keluarga gue. Karna kedatangannya keluarga gue terasa
sempurna. Kalo lo kenapa suka senja?“
“Dulu waktu kecil, ayahku
selalu ngajak aku ke taman hanya untuk sekedar menikmati senja. Tapi, sejak
sebulan yang lalu kebiasaan itu tidak pernah kita lakukan lagi”
“Kenapa ? “
“Ayahku pergi buat ngejar
senja, Ar. Dia pergi ninggalin aku juga saat senja. Hanya dia yang bisa jagain
aku, Ar. Aku kangen dia.”
“Maaf Vi, aku ngga tau. Udah
jangan sedih, sini” Arya pun memposisikan bahu nya untuk ku bersandar.
Memang aku cinta senja, tapi
aku juga sedih karna memori kelam itu datang lagi. Sebelum kepergian ayah, ia
sempat berkata “ Stevi sayang, kalau ayah pergi jangan nangis ya. Jangan takut
kalau bakal ada yang nyakitin kamu karna ayah udah minta sama Tuhan buat ngirim
seseorang yang seperti ayah buat jagain kamu. Maafin ayah ya sayang “. Air
mataku selalu tumpah saat mengingat itu semua, tapi ayah kini sudah bahagia di
atas sana.
----###----
Semenjak kejadian di bukit itu,
aku dan Arya menjadi semakin dekat. Kita menghabiskan senja bersama, pergi ke
taman untuk sekedar makan es krim, waktu luang pun ku habiskan untuk melihatnya
di arena futsal. Kedekatan kami pun banyak mendapat sorotan dari fans Arya,
tapi Arya tak sedikitpun memperdulikannya. Karna baginya, aku adalah
satu-satunya orang yang membuatnya nyaman.
Sore ini seperti biasa kita
menghabiskan senja berdua. Kita janjian di taman pukul 5 sore tapi sudah hampir
15 menit aku menunggu, tak kudapati sosok Arya. Ahh tak biasanya ia seperti
ini. Kufikir dia telah lupa untuk menyaksikan kepergian senja bersama. Aku
mulai bosan menunggu. Jam di tangan ku terus berputar. Burung yang bermain
diangkasa seakan menyuruhku untuk pulang. Saat aku berniat kembali ke rumah,
tiba-tiba ada yang menutup mata ku. Aku panik. Aku takut karna hari sudah
menjelang malam. Ketika orang itu melepaskan penutup di mataku, aku melihat
setangkai bunga mawar putih dengan pita biru yang cantik tepat di depan ku.
“Hai princes, maaf ya sengaja
telat. Nungguin ya? haha “ ejek Arya seraya duduk disampingku.
“Hih dasar ! kemana aja ? bosen
tau nunggu lama.”
“Maaf ya cantik tadi tuh harus
muter nyari mawar putih kesukaan tuan putri.”
“Apaan sih?” jawabku tersipu
malu. “By the way, kok tau sih kalo aku suka banget sama mawar putih berpita
biru?”
“Hehe, rahasia. Stevi, aku
pengen ngomong serius sama kamu.”
“Iya. Ngomong aja.”
“Akhir-akhir ini kita kan udah
sering keluar bareng, kamu juga sebagai fans setia waktu aku futsal, kamu baik,
cantik, kamu sempurna. Aku nyaman sama kamu, Vi. Kamu mau nggak jadi pacarku ?”
“Kamu serius Ar ? Aku bukan
orang sempurna. Banyak yang lebih baik dari aku di luar sana.”
“Tapi hatiku memilihmu Vi. Aku
bahagianya cuma sama kamu. Aku pengen senja ini jadi saksi kalo aku udah nemuin
separuh hidupku.”
“Iya Ar, aku mau. Aku juga
nyaman sama kamu. Didekatmu, aku merasa kalau ‘ayahku kembali lagi’. Tolong
jangan pergi ya”
“Iya princes cantik”
Kepedihan senja saat mengambil
ayahku kini tergantikan dengan hadirnya ‘ayahku’ lagi. Memang Arya bukan
ayahku, ia berbeda dengan ayah hanya saja sifat, tingkah laku, rasa nyaman, dan
kebahagiaan saat bersama ayah kini terulang lagi bersama Arya.
Malam ini terasa indah. Tak ada
lagi mimpi senyum pria misterius. Tapi, kali ini berbeda. Aku bermimpi bertemu
ayah. Karna tak kuasa menahan masalah sendiri, paginya aku bercerita dengan
Reva, sahabatku.
“Rev,
semalem gue mimpiin ayah. Gue kangen dia. Tapi, aneh Rev.”
“Aneh gimana Vi ? cerita yang
jelas dong.”
“Ya aneh, semalem ayah dateng
trus bilang ‘bahagia sama dia ya sayang. Dia yang akan jagain kamu’. Terus ayah
pergi sambil senyum.”
“Itu tandanya Arya adalah orang
yang ayah kamu pilih buat jagain kamu, Vi.”
Aku hanya terdiam mendengar
ucapan Reva. Dia memang kalau ngomong suka nggak bener, tapi kali ini aku
merasa dia benar. Memang aku merasa hadirnya ayah lagi setelah bertemu sama
Arya. Tuhan, apakah ini rencana indah-Mu?
Aku termenung dibangku taman
sekolah. Reva sibuk di perpustakaan untuk melengkapi tugasnya. Tak ku lihat
sosok Arya di sekitar sini, “Ahh mungkin dia latihan futsal..” gumamku dalam
hati.
“Stevi… Stevi.. kamu kemana aja
? tau nggak daritadi aku nyariin kamu, princes.” Tiba-tiba suara Arya
terdengar.
“Ehh apaan sih? Kenapa nyariin
segala ?”
“Ya iya lah dicariin, kalau
enggak nanti kamu di ambil orang terus aku sedih deh.”
“Hahaha terserah deh”
“Princes, aku boleh cerita ?”
“Iya, silahkan.”
“Semalem aku mimpi aneh. Di
mimpi ku, ada laki-laki paruh baya dateng. Dia bilang ‘Aku titip tuan putri ku
ya. Tolong jaga dia. Jangan sampai dia bersedih. Aku percaya sama kamu.’ Terus
dia pergi sambil senyum Vi. Apa ya maksudnya? “
“Ayah? apa mungkin itu ayah ?
semalem ayah juga dateng ke mimpi ku Ar.”
“Mungkin, gimana ceritanya?”
“Ya ayah dateng terus bilang
‘bahagia sama dia ya sayang. Dia yang akan jagain kamu.’ gitu. Berarti kamu
adalah pria misterius itu, Ar.”
“Pria misterius?”
“Iya. Hampir seminggu aku
mimpiin pria yang sama. Pria dengan senyum manisnya. Dan itu mirip kamu.”
“Yaudah. Aku janji bakal setia
di sini sama kamu. Kita akan menghabiskan senja bersama. Aku bakal selalu
jagain kamu princes cantik ku.”
“Thanks Arya.”
Jangan selalu menganggap
kepergian sebagai masalah, karna kita juga belum tau dibalik itu semua. Mungkin
benar senja yang cantik pergi secepat itu, tapi malam dengan kerlip bintang
jauh lebih indah dan keindahan itu lebih lama dibandingkan dengan keindahan
senja yang sementara. (Devi Kurnia)
Post a Comment