Everyone Are Heroes, Bagaimana Virus Mengubah Dunia Dengan Kondisi Sosial Yang Menegangkan?
Pernah membayangkan
bagaimana jika kehidupan berhenti seketika? Atau mungkin jika dunia secara
cepat menjadi kacau? Dalam film ini digambarkan bagaimana kekacauan dunia
terjadi. Konsepnya menurut saya mirip seperti film-film akhir zaman seperti
2012 dan the day after tomorrow. Namun dalam film ini, penyebab utama adalah,
"bagaimana jika wabah penyakit yang tidak bisa dihentikan menjadi penyebab
semuanya?". Hal ini terlihat dari setiap deskripsi setiap negara dengan
jumlah populasi manusia yang ada, tentu menjadi pertanyaan yang terlintas sejak
awal pembukaan film.
Selain
menyabet banyak aktor maupun aktris papan atas, ‘Contagion’ layak dibilang sukses
dengan hasil yang memuaskan. Terlebih pada sisi ketengangan selama film ini
berlangsung serta kekacauan yang dibalut dengan kerealistisan dalam
kesederhanaan. Penularan
penyakit yang terjadi dengan sederhana,
bahkan kontak fisik sedikitpun bisa menjadi malapetaka.
Cerita diawali dengan
Beth Emhoff (Gwyneth Paltrow) serta anak laki-lakinya, Clark, yang sedang duduk
sambil minum dan makan kacang di sebuah bandara. Beth nampak tidak sehat dan
terbatuk-batuk serta mirip orang yang sedang terkena demam atau flu. Namun
ternyata gejala penyakit seperti ini tidak hanya dialami oleh si pemeran utama
saja, selanjutnya ada adegan-adegan pendek dari berbagai negara seperti China,
Inggris, dan Jepang yang mengalami hal serupa dengan Beth dan Clark.
Dari setiap
pergantian negara selalu diberikan deskripsi jumah populasi manusia di negara
tersebut, seolah memang kejadian penyakit ini sudah menjadi wabah dan patut
diwaspadai.
Para penderita pada
awalnya mengalami sakit kepala yang hebat dan demam yang tinggi sampai
sebelumnya kejang-kejang dan meninggal dengan mengeluarkan busa dari mulutnya.
Singkat cerita, orang-orang inilah yang menjadi awal petaka penyebaran epidemi
virus.
Pasukan ilmuwan pun
dikerahkan CDC (Center for Disease Control) untuk menekan jumlah korban dan
bertanding dengan waktu dalam usaha menemukan vaksin penyakit tersebut.
Sebagian besar cerita
memang hanya menjelaskan kilas balik bagaimana penyakit tersebut timbul, asal
muasal, dan bagaimana solusi yang perlu diambil. Dengan penjelasan secara
ilmiah, diikuti dengan stigma antar masyarakat yang berbentur, serta konflik
seperti disanderanya salah satu ilmuwan karena sebuah berita hoax yang tersebar
luas mengenai obat untuk penyakit tersebut yang tidak diedarkan untuk
kepentingan politik.
Dalam film ini, Alan
diperankan oleh akror papan atas Jude Law sebagai jurnalis yang mencari
kesempatan dalam kesempitan. Di tengah-tengah kekacauan dunia, Alan yang
notabene memiliki kekebalan tubuh lebih dibanding masyarakat lain mengambil
kesempatan ini untuk membuat berita hoax bahwa forsythia dapat menyembuhkannya
dari penyakit ini. Padahal kenyataannya Alan sendiri tidak terkena penyakit
ini.
Yang menarik dalam
film ini, permasalahan tidak dipusatkan pada satu sisi saja seolah pemeran
utama adalah penyelamat dari kekacauan atau institusi pemerintah yang berusaha
lebih untuk membasmi wabah. Peran masyarakat juga diambil dalam filn ini. Pada
dasarnya tidak semua peran berat pada satu titik sifat. Tidak ada yang
benar-benar baik dan benar-benar jahat.
Seperti dalam satu
adegan dimana salah satu tokoh mengambil kesimpulan sepihak bahwa penyakit ini
berasal dari orang-orang China karena mereka lebih berpotensi kemudian seolah
memang merekalah dalang dari semuanya. Kemudian salah satu ilmuwan meluruskan
bahwa masalah itu bukanlah hal utamanya. Meski hanya dalam dialog secara
tersirat, justru hal ini yang membuat saya tertarik untuk menonton lebih
serius.
Mungkin bagi sebagian
orang lain hal ini tentu membosankan, berbagai teori disajikan dalam dialog-dialog
para tokoh membuat kesan bahwa bahasannya sangat rumit.
Kemudian sangat
disayangkan juga ada beberapa kejanggalan dalam film ini seperti para
masyarakat berbondong-bondong menggunakan masker sebagai salah satu cara
pencegahan. Namun justru para ilmuwan yang terjun langsung untuk melakukan
penelitian malah terlihat berjalan tanpa masker di tempat umum dengan para
penderita di sekelilingnya.
Di satu kisah
diceritakan pula salah satu ilmuwan pada akhirnya jatuh sakit di tengah-tengah
pekerjaannya menangani kasus ini dengan gejala yang sama seperti penyakit yang
melanda pada saat itu. (Zatidniyah Islami)
Post a Comment