Cegah Stunting, Selamatkan Tunas Bangsa
Sumber : Google
Bangsa
Indonesia berharap bisa berjaya di tahun 2045 sebagai Megatren Dunia. Ini
merupakan visi Indonesia yang dipaparkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional pada Orasi Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia,
26 September 2017. Pertanyannya, siapa yang akan mewujudkannya.
Manusia
adalah kekayaan negara yang sesungguhnya. Bagi sebuah negara, manusia
ibarat darah dari sebuah tubuh. Manusia
yang menjalankan perputaran urusan negara. Untuk dapat mencapai visi menjadi
Megatren Dunia, Indonesia membutuhkan manusia yang sehat, cerdas, produktif,
dan berakhlak mulia (RPJPN 2005-2025).
Kecerdasan
anak-anak di Indonesia menurut asesmen yang dilakukan oleh OECD PISA tahun 2012
menempati peringkat ke 64 dari 65 negara. Hal ini salah satunya disebabkan
karena permasalahan stunting yang
tinggi. Jumlah stunting di Indonesia
menunjukan angka 30,8% (Riskesdas, 2018).
Seberapa gentingkah masalah stunting. Lalu bagaimana cara
mencegahnya. Hal ini menurut penulis menjadi sesuatu yang harus diketahui oleh
masyarakat. Karena penanggulangan stunting
tidak dapat hanya dari kerja pemerintah tanpa kesadaran masyarakatnya.
Stunting
adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis
terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit,
menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
“Cukupi
Gizi, Lengkapi Imunisasi, dan Perbaiki Sanitasi” itulah tiga hal utama yang
harus dilakukan dalam mencegah stunting
menurut Kemenkes RI. Cukup Gizi maksudnya baik ibu hamil maupun bayi terpenuhi
asupan gizinya. Ibu hamil jangan sampai mengalami Kekurangan Energi Kronik
(KEK) karena dapat menyebabkan anemia. Anemia berdampak pada asupan gizi yang
diserap janin untuk tumbuh kembang. Selanjutnya setelah bayi lahir penuhi asupan
gizinya terutama ASI dan MP-ASI. Balita harus mendapatkan imunisasi yang
lengkap untuk mencegah terkena penyakit. Percuma jika gizi terpenuhi namun
tumbuh kembang anak terhambat karena menderita sakit. Yang terakhir adalah
perbaiki sanitasi, kebiasaan tidak menjaga kebersihan dapat menjadi faktor
risiko adanya penyakit.
Dalam
posisi sebagai masyarakat, hal yang dapat dilakukan adalah pertama, gunakan
fasilitas kesehatan yang menunjang kesehatan ibu hamil dan balita dengan optimal
seperti pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dan posyandu. Kedua, usahakan untuk
memenuhi gizi ibu hamil dan beri ASI eksklusif bayi selama 6 bulan pertama.
Yang terakhir berperilaku hidup bersih dan sehat dengan minum air bersih, cuci
tangan dengan sabun, dan buang air besar
di jamban.
Tunas bangsa merupakan
tanggung jawab bersama yang harus dipersiapkan dan dirawat sebaik-baiknya agar
kelak menjadi SDM yang produktif sehingga dapat memajukan bangsa. Maka, yuk
tegakan tiga hal pencegahan stunting. (Asti Hayuningtyas)
Daftar Pustaka
Bappenas. Visi
Indonesia 2045. Disampaikan dalam Orasi Ilmiah FEB-UI, 26 September 2017,
Jakarta.
Bappenas. 2014. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Indonesia 2005-2025.
Kemendes PDTT.
2017. Buku Saku Desa dalam Pencegahan Stunting.
Jakarta.
Kemenkes RI.
2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes.
Kemenkeu.
Penanganan Stunting Terpadu Tahun
2018. Jakarta: Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
TNP2K. 2017. 100
Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
Trihnono, dkk.
2015. Pendek (Stunting) di Indonesia,
Masalah, dan Solusinya. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes.
Post a Comment