[Review Buku] Kersik Luai – Tentang Nasionalisme dan Orang Terkasih
Sumber : Goodreads.com
Kersik Luai. Membaca judulnya saja pasti
sudah menimbulkan segudang pertanyaan bagi para pembaca terlebih sinopsis
singkat di bagian belakang buku yang semakin membangkitkan rasa penasaran.
Sekiranya kami telah banyak berbuat dosa pada para kesatria Nusantara dengan membiarkan tikus-tikus berjas itu terus berkuasa di Tanah Air. Berapa lama ibu pertiwi menangisi negeri ini? Bukan sekadar tangis air mata, darah bisa jadi. Kami merindukan sosok Wibisana sebagai seorang pemimpin yang dapat membangunkan negeri ini dari mimpi buruk berkepanjangan. Di mana kiranya ia di antara kami?
Novel setebal 508
halaman ini merupakan karangan penulis tanah air, LM Cendana yang juga
menerbitkan karangan hits lainnya, seperti Klandestin: Dandelion,
Mata Malaikat, dan Rahasia. Kersik Luai menjadi novel yang menyuguhkan ide
cerita fresh dengan genre distopia tetapi masih erat kaitannya dengan fenomena
masa kini, khususnya kisah perjuangan di tanah air.
Kersik
Luai mengisahkan tentang Btari, salah satu manusia kloning yang diciptakan dari
keinginan yang tumbuh pada kedua orang tuanya untuk memiliki anak. Sayangnya, seiring
berjalannya waktu, hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara rutin oleh
Btari menunjukkan bahwa Btari mengalami kerusakan jantung. Dalam peraturan
perundang-undangan, manusia kloning yang mengalami kecacatan harus diasingkan di Vrischika, wilayah masyarakat proletary
yang terpuruk dan diperbudak oleh kaum borjuis. Alasan itulah yang akhirnya
membawa Btari mau tidak mau harus diasingkan ke pulau terpencil untuk dijadikan
budak. Akan tetapi, dalam perjalanan menuju Vrischika helikopter yang
ditumpangi Btari mengalami gencatan senjata hingga jatuh di Laut Jawa.
Beruntungnya, Btari masih dapat selamat dari tragedi tersebut meskipun berujung
terdampar di pulau yang amat berbeda dengan kediamannya dahulu, yaitu di Pulau
Pari. Mulai saat itulah Btari harus beradaptasi dengan penduduk Pulau Pari yang
kental dengan kebudayaan nusantaranya. Di kemudian hari, Btari bertemu dengan
pemuda revolusioner bernama Nagara yang mulai secara perlahan memperkenalkan
jati diri bangsa kepada Btari. Halaman-halaman selanjutnya akan dipenuhi dengan
berbagai pemberontakan dari penjuru daerah yang muak dengan Pemerintahan
Andromeda dan berkeinginan menjungkirbalikkan pemerintahan kala itu. Masing-masing
daerah berjuang mengembalikan kebudayaan nusantara, nilai-nilai rohani, dan
kemanusiaan yang mulai ditanggalkan. Tak terkecuali Btari dan Nagara yang
gencar meneriakkan keadilan bagi seluruh kaum, bukan hanya bagi kaum borjuis.
Nah, sebenarnya kemerdekaan itu untuk siapa?
Cerita
yang mengangkat latar waktu di masa depan ini mampu mengajak pembaca ikut
berpetualang bersama Nagara dan Btari dalam memulihkan kemanusiaan di
negerinya. Sentuhan romance yang diselipkan dalam cerita dapat menjadi
penyeimbang dalam keseluruhan alur cerita sehingga pembaca tak melulu menguras
pikiran untuk membaca sederet pemberontakan terhadap golongan oligarkis. Kersik
Luai secara tersirat memberikan pesan dan gambaran pada pembaca akan
keadaan negara yang semakin krisis nilai-nilai kebudayaan, keadilan, dan
kemanusiaan. Pembaca diajak untuk menyadari bahwa generasi muda bangsa harus
mampu melestarikan kebudayaan dan menghancurkan pemerintahan yang korup serta
merenggut kesejahteraan masyarakatnya. (Petrina)
Post a Comment