Dulu disebut "Obat dari Tuhan", kini disebut "Ilalang Mematikan": Sejarah Tembakau
Sumber: Google
Selama berabad-abad, merokok dianggap sebagai kebiasaan sehat sehingga tanaman tembakau, Nicotiana, dijuluki 'tanaman suci' dan 'obat dari Tuhan' pada abad ke-16. Seorang peneliti medis asal Belanda, Gilles Everaerts membenarkan bahwa tembakau memiliki banyak manfaat sehingga membuat sebagian dokter menganggur.
Dalam buku terbitan 1587 berjudul Panacea; or the Universal Medicine, being a Discovery of the Wonderful Virtues of Tobacco taken in a Pipe, Everaerts menganggap tembakau adalah obat segala penyakit yang bisa digunakan dengan cara dibakar dan dihisap melalui pipa. Selain itu, tembakau juga dipakai sebagai pasta gigi yang dicampur limau atau kapur di daerah yang kini dikenal sebagai Venezuela. Hal tersebut masih terus berlangsung di India.
Beberapa orang membuktikan bahwa tembakau dapat digunakan sebagai obat. Penjelajah Portugis, Pedro Alvares Cabral, yang tiba di Brasil pada 1500-an, melaporkan bahwa betum (nama lain tembakau) digunakan untuk mengobati penyakit seperti kulit bernanah dan polip. Selain itu, biarawan Spanyol bernama Bernardino de Sahagun mengatakan bahwa penyakit yang mempengaruhi kelenjar leher dapat disembuhkan dengan membedah dan menaburkan daun tembakau yang sudah ditumbuk dengan campuran garam.
Namun selama 30 tahun terakhir, efek buruk rokok (pasif dan aktif) telah terbukti jelas. Akibatnya, banyak negara melarang kegiatan merokok di tempat umum yang tertutup. Beberapa negara bahkan mewajibkan semua perusahaan rokok menempelkan foto seram pada bungkus rokok, seperti foto pasien kanker paru, jantung, dan penyakit lain akibat tembakau.
Penggunaan tembakau atau paparan terhadap rokok mempunyai dampak negatif, seperti meningkatkan angka bayi lahir mati dan kelainan bawaan, peningkatan angka penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, serta tingkat kematian yang lebih tinggi terkait dengan penyakit pada sistem pernafasan, serta menjadi faktor utama kematian akibat penyakit menular. (Cyber)
Post a Comment