Kembali Diteror, Tempo Mendapat Kiriman Bangkai Tikus dengan Kepala Dipenggal
Sumber : Tempo.co
Kantor Redaksi Tempo kembali mendapatkan kiriman teror yang kedua kalinya, setelah sebelumnya mendapatkan kiriman kepala babi tanpa telinga, kali ini mereka mendapatkan sebuah kardus yang berisikan bangkai tikus dengan kepala dipenggal pada Sabtu, 22 Maret 2025 yang merupakan bentuk ancaman terhadap kebebasan pers di Indonesia.
Agus, petugas kebersihan Tempo merupakan penemu kardus yang dibungkus kertas kado bermotif bunga mawar merah. Awalnya Ia mengira kardus tersebut berisikan mie instan, namun saat Agus, satpam Tempo, dan petugas kebersihan lain membukanya ternyata kardus tersebut berisikan bangkai tikus sejumlah enam ekor dengan kepala dipenggal.
Berdasarkan pemeriksaan sementara yang dilakukan oleh manajemen gedung, kardus tersebut diduga dilemparkan oleh seseorang tak dikenal pada pukul 02.11 WIB dari arah luar pagar kantor Tempo. Kardus tersebut diduga mengenai sebuah mobil yang terparkir sebelum akhirnya terjatuh di aspal.
Sebelum kiriman bangkai tikus, pada tanggal 19 Maret lalu Kantor Redaksi Tempo juga diteror dengan kiriman kepala babi yang dipotong telinganya. Teror kepala babi ini dikirimkan oleh kurir aplikasi pengiriman barang. Paket tersebut ditujukan untuk Francisca Christy Rosana, seorang jurnalis dan host acara Bocor Alus Politik.
Aksi teror ini tidak hanya sebuah ancaman terhadap media Tempo, tetapi juga merupakan bentuk ancaman maupun intimidasi kebebasan pers di Indonesia. Kebebasan pers merupakan sesuatu yang dijamin oleh Undang-Undang yang merupakan wujud dari demokrasi atau kedaulatan rakyat dan juga wujud dari hak asasi manusia. Dengan adanya intimidasi tersebut dapat menyebabkan iklim ketakutan serta mengganggu kontrol sosial media.
Meskipun motif pelaku masih belum diketahui, ada dugaan bahwa teror ini mungkin melibatkan pihak-pihak tertentu yang merasa terancam oleh pemberitaan Tempo. Tempo dikenal dengan jurnalisme investigasinya yang tajam dan kritis, yang seringkali mengungkap kasus-kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran hak asasi manusia. Tidak menutup kemungkinan bahwa teror ini merupakan upaya untuk membungkam suara kritis dan menghambat pengungkapan informasi yang sensitif. Dugaan ini diperkuat oleh fakta bahwa kiriman kepala babi ditujukan secara spesifik kepada jurnalis dan host acara Bocor Alus Politik. Hal ini menunjukkan bahwa teror ini mungkin ditujukan kepada jurnalis yang terlibat dalam peliputan isu-isu tertentu yang sensitif.
Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra menyatakan bahwa Tempo tidak akan gentar dalam menghadapi intimidasi semacam ini, dan ia akan terus mendukung seluruh jurnalis agar tetap menjalankan tugas jurnalisnya dengan profesional. Aksi teror ini juga akan dilaporkan kepada pihak berwajib yaitu Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sehingga nantinya dapat diambil sebuah tindakan untuk menyelidiki kasus ini. Polri akan membuat sebuah tim khusus guna menyelidiki dan mengusut tuntas pelaku serta motif di balik aksi teror ini.
Masyarakat luas mengecam keras aksi teror ini melalui berbagai platform. Aksi teror bangkai tikus dan kepala babi ini mengancam kebebasan pers dan bentuk ancaman terhadap masyarakat terkait akses untuk mendapatkan sebuah informasi.
Kasus ini memunculkan seruan solidaritas masyarakat untuk mendukung media Tempo dan kebebasan pers di Indonesia. Karena kebebasan pers merupakan salah satu pilar dari demokrasi, yaitu pers berperan dalam memastikan adanya transparansi dari pemerintah. Namun apabila kebebasan pers terancam maka akan terjadi sebuah bungkaman kritis terhadap pengawasan dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Tanpa pers yang bebas maka warga negara tidak akan memiliki akses ke informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat, dan pemerintah tidak akan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Teror bangkai tikus yang menimpa Tempo adalah pengingat yang mengerikan akan rapuhnya kebebasan pers. Insiden ini bukan hanya serangan terhadap satu media, tetapi juga serangan terhadap hak publik untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tidak bias. Penting bagi kita semua untuk berdiri dalam solidaritas dengan jurnalis yang bekerja tanpa lelah untuk mengungkap kebenaran. Hanya dengan dukungan berkelanjutan dan komitmen yang teguh terhadap kebebasan pers, kita dapat memastikan bahwa suara-suara yang kritis tidak akan dibungkam. (Majalah PH’25)
Post a Comment